MENU UTAMA:

13 July, 2007

Kehilangan itu Terlalu Menyakitkan, Kawan

Pohon Trembesi itu nampak begitu kokoh, meskipun tumbuh di tebing batu kapur. Daunnya masih rimbun meski mungkin tak banyak humus yang terserap melalui akar yang melilit-lilit melalui celah bebatuan kapur di pinggir pantai ini. Batang pohonnya memang berlobang-lobang sebagai pertanda telah banyak kesengsaraan dan sulitnya bertahan hidup melawan kerasnya alam tempat ia tumbuh. Di tambah lagi bekas-bekas guratan tangan- tangan nakal di sekujur kulit pohon yang mengelupas. Mungkin maksudnya sebagai prasasti saat memadu kasih. Apakah aku juga pernah melakukan yang seperti itu?

17 mei..... I love you, Budi & shinta love forever, surabaya 2 january I hate U dan semacamnya, semua tertumpah akibat perasaan masing-masing pengguratnya. Mungkin ada benarnya, pantai menjadi lokasi memadu kasih yang paling murah dan aman dari gangguan satpol PP dan hukum, norma serta semacamnya. dan sekarang aku justru membawa perasaan hatiku ke pantai ini, yaaa... ketempat di mana sering kali ada jiwa- jiwa yang sedang memadu kasih seakan mengawali perjalanan panjang sejarah kehidupannya masing-masing.

Aku yakin pasti banyak di antara yang mengguratkan sebaris kata di pohon ini juga ada yang kecewa, patah hati atu bahkan bunuh diri setelah tahu pasangannya ternyata justru selingkuh, atau mungkin si perempuan justru lari kekota kemudian di jual makelar ke kompleks pelacuran setelah keperawanannya direnggut kekasihnya yang dulu. Tapi aku juga yakin pasti tidak sedikit di antara mereka yang beranak pinak dan hidup berumah tangga dengan bahagia meskipun hanya menjadi petani yang sederhana.

Ah,... semua semakin menjadi pelik. Aku sendiri masih belum mampu menyelesaikan permasalahan yang sedang menggelayuti hatiku. sementara aku sibuk memikirkan urusan orang lain, betapa gila dan bodohnya. Aku lari? yaa aku lari dari kenyataan ketika mataku yang nyalang menyaksikan tubuh telanjang istriku sedang bergumul dengan nafas memburu dengan laki-laki piaraannya. aku tidak terima.... aku tidak terima.... aku tidak terima!!! meskipun itu juga seringkali aku melakukannya dengan perempuan lain dan itu kau sudah tahu!.

Aku belum bisa merelakannya, aku melarikan diri dari ketakutanku di pinggir pantai berbatu tempat pohon trembesi ini tumbuh. laut masih berdebur- debur dengan ombak pantainya yang tak lelah. sekumpulan nelayan dengan perahu cadiknya nampak mungil di kejauhan sedang memancing ikan pari atau menjaring layur. Aku tak habis pikir, kenapa mereka rela bergumul dengan maut di tengah samudra lepas? apakah ini arti cinta, atau demi anak istri atau hanya sebagai tuntutan sebutan bahwa mereka adalah nelayan yang tak mungkin di sebut nelayan ketika mereka tidak melaut. Selama ini tak pernah terlintas dalam pikirku.

Cinta memang sulit, bukankah aku juga mencinta istriku meskipun aku juga sering mengecewakan. bukankah dia juga mencintaku, meskipun sore itu ia juga sedang bergumul dengan laki-laki piaraannya. Terus apa artinya semua ini....jika semua orang mengatasnamakan cinta. bukankah sebuah bukti bahwa aku masih mencintanya, jika aku masih belum bisa merelakan pergumulan itu.

Hari makin gelap dan aku harus segera pulang, mencoba melupakan pergumulan itu, aku masih berjanji akan menyapamu dengan senyuman paling manis yang selama ini tersimpan. tiba di rumah, tetap gelap, hanya lampu teras yang menyala. Pikiranku mulai kacau, kembali terlintas pergumulan haram itu, aku membayangkan tubuh telanjangmu penuh peluh dan lelaki itupun tengah berlomba memacu jantungnya lebih keras. aaaahhhhhh.....

Istriku.....istriku......istriku....., aku menjerit-jerit seperti anak kecil yang mau di suntik cacar. Aku melonjak-lonjak tak ubahnya kuda lumping kesurupan, mataku melotot tak percaya ketika sesosok tubuh telanjang itu menggelepar-gelepar dengan bau Baygon menyengat di seluruh ruangan...............

No comments:

 

MENU UTAMA: