MENU UTAMA:

25 May, 2007

Untuk Temanku 1

apa kabar teman, aku belum banyak mengenalmu, begitu juga kamu yang sama sekali belum tahu siapa aku sebenarnya, tapi setidaknya dalam keseharianku belakangan ini kamu justru sering mengganggu dengan kehadiranmu yang tiba-tiba melebihi dia yang sudah lama aku kenal. dia yang sudah aku pahami segala lekuk dan gelambir lemak di sekujur tubuhnya maupun aroma keringat yang selalu membuatku ingin melakukannya bersama dia meski hanya sesaat.

teman, hari ini, saat aku mengungkapkan segala isi hatiku ini masih bulan mei, lho? meski hujan sudah jarang turun tapi setidaknya ada sesuatu yang secara paksa telah menyeretku untuk kembali meniti waktu yang jauh telah tertinggal. yaa, seseorang yang sampai saat ini enggan terusir dari dalam hatiku meskipun sebenarnya dia sudah menjalani kehidupannya sendiri bersama anak-anaknya. dan bulan ini dia kembali bertambah usianya. sorry aku lupa usianya yang sekarang. teman, pasti kamu bertanya kenapa kok aku hanya menyebutnya dia bersama anak-anaknya, mengapa aku enggan menyebut pasangannya? yaa aku yakin teman, kamu pasti tahu bahwa aku sampai saat ini belum bisa menerima keberadaannya dia yang telah memberikan anak-anak yang lucu kepadanya. kamu pasti mengintepretasikan bahwa aku adalah orang yang tidak bisa menerima kenyataan, tidak semua salah teman. dan dulu aku pun pernah berharap akulah yang akan memberikan anak-anak yang manis padanya.

teman, ternyata segala kelembutan seringkali membuat aku tak berdaya. dan sampai saat inipun aku masih sering terpedaya dengan segala pesona itu, ada mata yang memancarkan seribu puisi, ya tidak persis sama memang dengan matanya yang telah pergi meninggalkan aku. tapi sekali lagi kejadiannya seakan-akan baru kemarin dan sampai saat ini masih mengeram dalam ingatanku.
kau pasti bertanya-tanya apa yang telah membuatku menyapamu sedini ini?teman, rasanya sebuah rasa kangen tak perlu alasan lagi untuk menyerang siapa saja dalam keadaan bagaimanapun juga kan? rasa ini begitu datang tiba-tiba yang tahu-tahu telah menghujam begitu dalam. dia datang secara otomatis seperti petugas pencatat meter listrik yang selalu datang setiap bulan, hanya bedanya rasa kangen ini datang tidak secara periodik tapi justru itu yang sering membuat aku tak bisa berbagi konsentrasi apalagi ketika aku sedang berkutat dengan pekerjaanku. dan tak jarang justru aku berharap kamu benar-benar ada di sampingku meskipun tanpa kehadiran kata-kata.

aku tahu jadwal aktivitasmu begitu padat, sebagai orang media, waktumu bukan lagi 24 jam sehari dan 7 hari dalam seminggu tapi sudah berubah seiring intensitas pekerjaannmu, ya taruh kata waktumu menjadi 25 jam perhari dan 8 hari perminggu tapi kau masih begitu menikmati hari-harimu, (terus terang aku iri padamu). di tambah lagi kegiatan lainnya, sebagai penggiat seni bahkan kamu juga masih mempunyai pekerjaan sampingan sebagai makelaar tanah atau semacamnya. gila, apa kamu termasuk orang workalcoholic?

pernah suatu ketika kamu bilang hidup perlu keseimbangan, dan keseimbangan yang kau dapatkan itu ada pada seni sebagai perimbangan suntuk dan kering jiwamu ketika harus terus menerus berkutatan dengan tuntutan pekerjaanmu, yaa, yaaa mungkin itu benar dan suatu saat aku mungkin perlu mencoba? " kau masih sering berteater atau berpuisi dan semacamnya" suatu ketika pertannyaanmu sedikit mengusik ketegangan yang sudah lama aku belenggu. sedikit berdalih aku menjawab sekenanya, "lho hidup ini kan puisi dan teater yang harus kita lakonkan setiap hari", tidak enak juga aku berdebat sama kamu, makanya aku kemudian meninggalkan kamu dengan alasan menyelesaikan pekerjaan, padahal sebenarnya aku masih ingin berlama-lama sama kamu meskipun sekedar memandangmu saja tanpa kata-kata, aku sudah merasa tenang dan nyaman di dekatmu.

kenaifan, kegembiraan, kesedihan, resah, bingung, cemas, kepastian, ketidak pastian semua telah menggiringku untuk kadang-kadang menggodamu dengan kata-kata nakal dan terkadang aku jadi malu sendiri meskipun itu toh terulang terus, tapi setidaknya kamu mulai melihatku dan itu membuatku tenang dan nyaman. bukannya aku tidak bisa terlepas dari ketenangan dan kenyamanan ini tapi aku takut hal yang sebelumnya pernah terjadi akan terulang lagi. dan nyatanya sampai saat inipun aku belum pernah bisa menahan diri.

ah teman, aku sudah terlalu banyak menyita waktumu untuk mendengarkan keluh kesahku, aku khawatir kau menjadi bosan dan menganggap aku orang yang lemah dengan selalu berkeluh kesah, tapi setidaknya meskipun sedikit pengetahuanmu tentang aku jadi bertambah kan?

sayang selalu
temanmu



No comments:

 

MENU UTAMA: